Total Tayangan Halaman

Selasa, 23 Maret 2010

MELACAK KEKAFIRAN BERFIKIR

Adalah suatu paham kenisbian. Sebuah teori yang diperkenalkan oleh Einsten mengenai alam semesta yang berdasarkan prisip bahwa ukran gerakan, ruang dan waktu bersifat relati. Lawannya adalah kemutlakan.

Adakah sesuatu yang bersifat Mutlak dalam kehidupan didunia yang fana ini? Sebelum menjawab pertanyaan ini, sebaiknya terlebih dahulu perlu diketahui, apa yang dimaksud mutlak dan apa pula yang dimaksud dengan relative itu. Mengapa ada orang yang bersiteguh berpendapat, bahwa kebenaran yang ditemukan oleh mansia itu bersifat relatif, sehingga hakikatnya secara obyektif tidak ada?

Untuk dapat memahami paradigma pemikiran semacam ini, sangatlah penting bagi setiap orang untuk mengetahui beberapa hal :

  1. Obyek permasalahan yang dimaksud adanya itu, bersifat mutlak ataukah relatife? Artinya, apakah permasalahannya itu sendiri objektif ada diluar diri manusia, sehingga semua orang mengakui adanya masalah itu atau tidak.

  2. Permasalahan itu harus dipandang dari sudut yang sama dan dengan cara yang sama pula. Jika sudut dan pandang yang satu dengan yang lainnya berbeda sehingga hasilnya pun berbeda, naka disini tidak dapat dikatakan permasalahannya relative.

  3. Dalam setiap permasalahan, seseorang harus dapat membedakan apa yang dimaksud berlawanan, Berlainan dan apa yang dimaksud Berbeda.

Demikian pula halnya dengan masalah-masalah lain; selamanya mempunyai nilai mutlak, selagi dasar pandangannya sama. Bila terjadi dua pendapat yang berlawanan dengan sudut pandang yang sama, maka salah satu ada yang benar atau keduanya salah. Dalam hal ini tidak bias muncul nilai relative.

Dalam hal ini, pada kaum intelektual hasil didikan barat umumnya sama sekali tidak mengerti kaidah berfikir yang telah dirumuskan oleh ahli logika islam. Ilmu yang membahas metode berfikir dan metode analisa dikalangan ulama islam dikenal dengan nama “Ilmu Mantiq”.


Tidak sedikit orang yang menganggap Ilmu Mantiq sebagai “momok” atau sesuatu, yang menakutkan. Jika seseorang mempelajarinya tanpa sikap extra sabar, memang akan terasa berat. Ilmu mantiq 90% serupa dengan matematika. Kelebihan ilmu ini disbanding matematika adalah, matematika menggunakan angka-angka yang bersifat pasif, sedangkan mantiq menggunkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang bersifat kreatif-inovatif, karena mampu melacak masalah sampai kepada sifat dan akarnya.

Setelah memahami permasalahan antara apa yang dikatakan mutlak dan relative seperti diuraikan diatas, maka pertanyaan a, alah: “ Apakah benar nilai mutlak itu tidak ada?” jika tidak adbagamana anda akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan, “ Si A dikatakan laki-laki dan juga dikatakan perempuan pada saat yang sama. “ Apakah hal ini bisa diterima oleh logika anda? Pasti tidak! Berarti anda sudah mengakui adanya kemutlakan. begitu pula si B dikatakan sudah tua dan sekaligus seorang pemuda pada saat yang sama. Dapatkah logika anda menerima pendapat seperti ini? Pasti tidak. Jika begitu berarti anda mengakui adanya kemutlakan.


ZAMAN SEBAGAI UKURAN

Zaman bukanlah suatu kekuatan yang dapat membentuk dirinya sendiri. Zaman adalah ukuran waktu yang didasarkan pada peredaran matahari atau bulan untuk menetapkan masa lama kehidupan manusia. Karena itu, zaman sifatnya netral-nilai. Yang menentukan nilai baik atau buruk adalah manusia yang hidup pada masa itu, dan sekali lagi bukanlah zaman yang membuat atau menciptakan tatanan atau ukuran.

Oleh karena zaman bersifat netral-nilai, maka tidak dapat dijadikan barometer atau tolak ukur oleh manusia dalam menetapkan salah satu benarnya suatu tindakan. Sebaliknya, manusia itu sendirilah yang mewarnai zaman. Adalah suatu kebodohan jika manusia menjadikan zaman menjadi tolak ukur bagi dirinya untk menetapkan benar-tidaknya suatu perbuatan. Zaman yang bersifat pasif da netral dapat menjadi baik manakala manusia mengisinya dengan kebaikan; dan sebaliknya menjadi buruk jika manusia mengisinya dengan keburukan.

Tingkat kemajuan teknologi atau zaman sama sekali tidak dapat menciptakan harkat baru bagi manusia atau watak dan karakter dasar manusia baru sebagaimana adanya manusia sejak semula. Manusia dengan segala fitrah yang Allah telah ciptakan sejak zaman azali tidaklah menjadi berganti fitrah dan wataknya hanya keberhasilan manusia melakukan perubahan zaman atau menemukan teknologi baru yang dibutuhkan dalam hidupnya.

Hal ini perlu kita camkan secara mendalam dalam pikiran kita sehingga tidak menjadi tersesat dengan melakukan perubahan terhadap syari’at Allah, hanya karena kita merasa bahwa keadaan zaman telah mengalami perubahan. Pada hakikatnya tingkah laku manusia dengan berbagai alasan yang pada suatu saat tidak lagi mau menaati ketentuan Allah, bukanlah suatu tuntutan perubahan zaman, tetapi hal itu merupakan penyelewengan manusia dari syari’at Allah. Maka lebih tepat jika dikatakan bahwa menjadikan zaman sebagai tuntutan kebenaran merupakan pola pikir kekafiran.



0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Mufid Suryani
baik,tidak sombong,agak lumayan sedikit rada ganteng,lucu,ngegemesin,pintar,petakilan
Lihat profil lengkapku

WELCOME

TeRImA kAsIH aTaS kUnJuNgAnYa
Powered By Blogger
mufid suryani. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Pengikut